BANJARBARU – Berangkat ke Tanah Suci dan menjalankan ibadah di Mekkah, Arab Saudi merupakan impian bagi umat muslim. Beberapa dari mereka yang menunaikan ibadah haji tahun 1445 H/2024 ini membawa kisah inspiratif.
Cerita inspirasi datang dari jemaah haji asal Kota Waringin Barat atas nama Abdul Azim Umar Markani yang berangkat haji tahun ini.
Pria yang kini berprofesi sebagai Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kota Waringin Barat Provinsi Kalteng ini menceritakan dana awal yang ia peroleh untuk mendapatkan nomor porsi jemaah haji berasal dari hadiah juara Musabaqah Tilawatil Qur’an Tingkat Provinsi Kalteng di Barito Selatan pada tahun 2010.
Meraih juara pertama cabang Tilawah dewasa, ia medapatkan hadiah uang tunai Rp35 juta yang Rp25 juta diantaranya disetorkan untuk Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) atas nama dirinya sendiri.
Pria yang kini berusia kurang lebih 45 tahun tersebut mengatakan, meskipun dia berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), bukan berarti semua keperluan atau keinginannya bisa terwujud karena tuntutan kebutuhan kehidupan juga selalu meningkat.
Ayah dari empat orang anak ini meyakini kemampuannya untuk bisa mendapatkan porsi jemaah haji adalah berkah Al Qur’an, ditambah lagi dengan Bipih untuk sang istri yang berasal dari hadiah MTQ KORPRI Tingkat Provinsi.
Berkah Al Qur’an kata dia semakin dirasakan, karena sang istri yang didaftarkan belakangan pada tahun 2019 dengan estimasi keberangkatan tahun 2034, bisa tetap berangkat haji bersamanya pada tahun 1445 H/ 2024 M ini karena ada kebijakan penggabungan mahram terpisah.
Dirinya yang kini juga menjadi pelatih, pembina dan anggota dewan hakim ditingkat provinsi serta pengurus Lembaga pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kabupaten tersebut mengajak untuk tidak melihat seseorang berdasarkan profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dijalani seseorang untuk meraih kesuksesan.
“Semuanya berkah Al Qur’an, karena rasanya tidak mungkin bisa mendapatkan kesempatan berhaji ini kalau bukan berkah Al Qur’an,” ujarnya yang tergabung dalam rombongan 1 regu 2, kloter 05 Embarkasi Banjarmasin.
Berbeda lagi dengan cerita Gusti Basrie (77) yang merupakan salah satu jemaah haji yang masuk dalam kategori Lansia, beliau memang tua dari segi usia namun masih terlihat gagah dan semangat ketika di ajak bicara.
Kakek Basrie lahir di Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalteng pada tanggal pada 6 November 1946.
Ketika ditanya mengenai pekerjaannya diwaktu muda, Kakek basri menyebut dirinya sebagai “Tukang Pukul”.
“Saya ini dulu tukang pukul,” kata Basrie mengistilahkan pekerjaannya sebagai seorang Kasi Ketenteraman dan Ketertiban (Trantib) ditingkat Kecamatan Warungin.
Basrie menceritakan, sebagai seorang Trantib dirinya dulu sering melakukan penertiban dipasar -pasar liar dan para pedagang kaki lima di wilayah kerja kecamatan. “Kalau sudah bertugas dulu sering kontak fisik kalau ada orang bandel susah untuk ditertibkan,” katanya.
“Tapi itu dulu tahun 1984, sekarang sudah pensiun dan hanya ingin menikmati hidup sebagai seorang kakek,” katanya yang mengaku memiliki sembilan cucu dari tiga orang anaknya.
Kakek Basrie mengaku bersyukur dapat berangkat haji dalam keadaan sehat meski sudah tua namun masih mampu beraktivitas secara mandiri.
“Alhamdulillah, dulu saya suka silaturrahmi dengan teman-teman, kumpul kumpul dengan semua rekan kerja di semua jenjang usia, saya kira itu yang menjadi rahasia saya tetap sehat hingga sekarang,” katanya sambil tersenyum.
Selanjutnya, ditanya tentang motivasinya berhaji, Kakek Basrie mengakui bahwa dirinya adalah orang yang mampu dari segi materi dan fisik. “Saya masih sehat dan mampu, makanya mau berhaji agar dipanjangkan umur lebih dari 100 tahun ” katanya.
Kakek Basrie sendiri merupakan jemaah haji tergabung dalam Kloter 5 Embarkasi Banjarmasin yang berasal dari daerah Kapuas, Kota Waringin Barat dan Barito Timur. (lokalhits)